Monday, February 17, 2014
Wajah Tanpa Ekspresi
Tuesday, February 11, 2014
Cinta tak butuh jawaban
Pagi itu aku terbangun dari tidur panjangku. Menatap sekitar dengan nanar. Tak mengerti apa yang teradi kemarin. Dulu. Sekarang, aku bingung dengan atmosfer kamarku. Seakan ada yang berubah. Setelah lama ku telaah, ya aku ingat. Aku sudah ingat.
Semalam aku merasakan hal yang paling aku benci dalam hidupku. Yaitu penolakan. Semua hal itu membuatku muak hidup didunia. Seakan tak ada gunanya aku hidup jika aku tak medapatkan semua yang kuinginkan. Aku marah. Aku kesal. Tapi, baru kali ini aku merasakan sesuatu yang lain. Ini seperti rasa tak ingin pergi. Aku ingin selalu disampingnya. Merasakan setiap hembusan nafasnya. Menjaganya. Tapi, dia menolakku sebagai kekasih hatinya. Aku ingin menetap dan memberikan semua kehangatan dlam jiwaku jika ia kedinginan. Aku ingin mengorbankan apapun. Tapi, sekali lagi, dia menolakku sebagai kekasih hatinya.
Aku sangat marah. Kini aku lemas. Terkulai. Tak tau apa yang harus kulakukan. Hal itu buyar seketika ketika ada bisikan kecil dalam diriku. Bisikan itu berkata, "kau harus tetap tinggal. apapun itu, kau harus tetap tinggal." Aku tersentak. Siapa dia? berani-beraninya menggangguku di pagi penuh privasi ku ini. Memang dia siapa?
Tak lama, kurasa ia menjawab. Tak kusangka ia menimpaliku. "Aku adalah kamu. Kamu adalah aku. Aku adalah bagian dari dirimu. Jika kau bertanya siapa aku, hanya kamu yang bisa menjawabnya".
Aku sadar. Aku tau siapa dia. Aku berfikir dan terus berfikir. Dan akhirnya aku menemukan sebuah pencerahan. Pencerahan untuk masa depanku nanti. Ini aku, ini dunia fiksiku. Segera ku ambil handphone yang tergeletak di atas kasur yg tadi malam aku lempar karna kesalnya. Aku menuliskan sajak itu untuknya. Ya untuk dia. Bukan kekasih hatiku. Tapi jodohku. Masa depanku. Bunyinya seperti ini :
"Maafin aku. Semalam aku kesal. Kesal karena kamu nggak nerima aku jadi pacar kamu. Tapi, sekarang aku sadar. Sadar dengan alasan kamu nggak nerima aku. Aku cuma mau jagain kamu. Cuma itu. Kalo soal pertanyaan kamu semalam soal apa alasan aku cinta sama kamu. Aku udah nemu jawabannya. Cinta itu nggak butuh alasan. Aku paham, paham dan ngerti kalo aku itu buat kamu. Bukan masalah status pacar ato nggak nya. Aku cinta kamu. Terkadang kita harus seperti anak kecil saat mencintai seseorang. Nggak perlu banyak omong, cari-cari alesan, hanya sesimple aku sayang kamu. Titik. Besok aku jemput kamu ke kampus ya. Aku sayang kamu."
Semalam aku merasakan hal yang paling aku benci dalam hidupku. Yaitu penolakan. Semua hal itu membuatku muak hidup didunia. Seakan tak ada gunanya aku hidup jika aku tak medapatkan semua yang kuinginkan. Aku marah. Aku kesal. Tapi, baru kali ini aku merasakan sesuatu yang lain. Ini seperti rasa tak ingin pergi. Aku ingin selalu disampingnya. Merasakan setiap hembusan nafasnya. Menjaganya. Tapi, dia menolakku sebagai kekasih hatinya. Aku ingin menetap dan memberikan semua kehangatan dlam jiwaku jika ia kedinginan. Aku ingin mengorbankan apapun. Tapi, sekali lagi, dia menolakku sebagai kekasih hatinya.
Aku sangat marah. Kini aku lemas. Terkulai. Tak tau apa yang harus kulakukan. Hal itu buyar seketika ketika ada bisikan kecil dalam diriku. Bisikan itu berkata, "kau harus tetap tinggal. apapun itu, kau harus tetap tinggal." Aku tersentak. Siapa dia? berani-beraninya menggangguku di pagi penuh privasi ku ini. Memang dia siapa?
Tak lama, kurasa ia menjawab. Tak kusangka ia menimpaliku. "Aku adalah kamu. Kamu adalah aku. Aku adalah bagian dari dirimu. Jika kau bertanya siapa aku, hanya kamu yang bisa menjawabnya".
Aku sadar. Aku tau siapa dia. Aku berfikir dan terus berfikir. Dan akhirnya aku menemukan sebuah pencerahan. Pencerahan untuk masa depanku nanti. Ini aku, ini dunia fiksiku. Segera ku ambil handphone yang tergeletak di atas kasur yg tadi malam aku lempar karna kesalnya. Aku menuliskan sajak itu untuknya. Ya untuk dia. Bukan kekasih hatiku. Tapi jodohku. Masa depanku. Bunyinya seperti ini :
"Maafin aku. Semalam aku kesal. Kesal karena kamu nggak nerima aku jadi pacar kamu. Tapi, sekarang aku sadar. Sadar dengan alasan kamu nggak nerima aku. Aku cuma mau jagain kamu. Cuma itu. Kalo soal pertanyaan kamu semalam soal apa alasan aku cinta sama kamu. Aku udah nemu jawabannya. Cinta itu nggak butuh alasan. Aku paham, paham dan ngerti kalo aku itu buat kamu. Bukan masalah status pacar ato nggak nya. Aku cinta kamu. Terkadang kita harus seperti anak kecil saat mencintai seseorang. Nggak perlu banyak omong, cari-cari alesan, hanya sesimple aku sayang kamu. Titik. Besok aku jemput kamu ke kampus ya. Aku sayang kamu."
Subscribe to:
Posts (Atom)
Nasihat
Ini aneh, tapi baiklah. Halo nak, ini ayah. Ayah tak tahu kamu lelaki atau wanita, yang jelas, jikalau nanti kau sudah dewasa, dan mene...
-
Sudah berlalu beberapa tahun. Kau pergi tanpa pamit. Kau seperti tamu yang tak tahu tata krama. Tapi kenyataannya kau bukan tamu. Kau ada...
-
Pernahkah kalian atau teman blogger mendengar prinsip seperti dibawah ini : Saya pertama kali membaca prinsip ini dari...
-
Ingatanku mengawang, waktu itu, di malam sebelum pertunjukan dimulai, di sebuah perkemahan, saya jatuh cinta pada seorang wanita sederhan...