Monday, February 17, 2014

Wajah Tanpa Ekspresi

Aku bisa menjawabnya. Aku yakin. Sudah banyak pertanyaan sebelum ini yang bahkan membuat diriku sendiri bertanya-tanya tentang hidupku. Geming. Lamunan yang berwarna senja masih beth bertengger disana. Dia adalah sepercik sosok kekelaman yang aku panggil 'masa lalu'. Dia tak pernah bosan di sini. Tepat di dalam otakku. Memori yang penuh karna kebencian dan penyesalan. Dan dosa adalah kado yang baik untuk penyesalan. Masa lalu selalu di beri kado kenangan, hadiah kesedihan. Entah mengapa. Aku kira hanya aku. Aku tak tau ada orang lain. Wajahku ini. Wajah yang warnanya masih tertinggal di suatu tempat. Tempat yang kedap suara. Kedap cahaya, yang bahkan tuhan tak tau tempat itu. Sudah beribu nostalgia dan dejavu yang mengelilingi benakku. Seperti udara yang tak lelah mengitarimu setiap hari. Mereka bergerombol dan tak memikirkan perasaanku. Seakan aku hanyalah pengunjung. Merekalah tuan rumahnya. Mereka yang mengizinkanku masuk. Aku nyaris tak berdaya. Mereka yang berkuasa. Mereka menyelipkan rasa pahit di sekujur tubuhku. Aku tau mereka membenciku. Entah apa salah di masa lampau yang membuatku harus membalas semua ini. Aku tak pernah bisa pergi dengan sempurna. Setiap malam, sungguh, aku berumah dalam sepi. Tepat dibulan januari yang penuh hujan, aku sepi sempurna. Menatap kegelapan dengan  mata kosongku. Asa dan harapan tak ada lagi. Yang ada hanya kebohongan dan kepalsuan. Tak ada yang nyata. Semua yang kualami saat ini hanya semu semata. Persis lentera malam yang hampir redup. Aku juga masih merasa takut. Takut mengiris manusia dengan kataku. Tak ada yang istimewa. Merekalah penyebabnya. Perusak kebahagiaanku. Aku tak pernah merasakannya lagi selama ini. Aku ingin.Tapi sudah tak bisa. dan tak akan bisa. Aku harap kau mengerti, kenapa aku seperti ini. Laki-laki tak memiliki ekspresi. Laki-laki yang tak memiliki warna. Aku adalah kegelapan. Dan aku tak akan pernah berhenti untuk mencarinya kembali..

Tuesday, February 11, 2014

Cinta tak butuh jawaban

Pagi itu aku terbangun dari tidur panjangku. Menatap sekitar dengan nanar. Tak mengerti apa yang teradi kemarin. Dulu. Sekarang, aku bingung dengan atmosfer kamarku. Seakan ada yang berubah. Setelah lama ku telaah, ya aku ingat. Aku sudah ingat.
   Semalam aku merasakan hal yang paling aku benci dalam hidupku. Yaitu penolakan. Semua hal itu membuatku muak hidup didunia. Seakan tak ada gunanya aku hidup jika aku tak medapatkan semua yang kuinginkan. Aku marah. Aku kesal. Tapi, baru kali ini aku merasakan sesuatu yang lain. Ini seperti rasa tak ingin pergi. Aku ingin selalu disampingnya. Merasakan setiap hembusan nafasnya. Menjaganya. Tapi, dia menolakku sebagai kekasih hatinya. Aku ingin menetap dan memberikan semua kehangatan dlam jiwaku jika ia kedinginan. Aku ingin mengorbankan apapun. Tapi, sekali lagi, dia menolakku sebagai kekasih hatinya.
   Aku sangat marah. Kini aku lemas. Terkulai. Tak tau apa yang harus kulakukan. Hal itu buyar seketika ketika ada bisikan kecil dalam diriku. Bisikan itu berkata, "kau harus tetap tinggal. apapun itu, kau harus tetap tinggal." Aku tersentak. Siapa dia? berani-beraninya menggangguku di pagi penuh privasi ku ini. Memang dia siapa?
   Tak lama, kurasa ia menjawab. Tak kusangka ia menimpaliku. "Aku adalah kamu. Kamu adalah aku. Aku adalah bagian dari dirimu. Jika kau bertanya siapa aku, hanya kamu yang bisa menjawabnya".
   Aku sadar. Aku tau siapa dia. Aku berfikir dan terus berfikir. Dan akhirnya aku menemukan sebuah pencerahan. Pencerahan untuk masa depanku nanti. Ini aku, ini dunia fiksiku. Segera ku ambil handphone yang tergeletak di atas kasur yg tadi malam aku lempar karna kesalnya. Aku menuliskan sajak itu untuknya. Ya untuk dia. Bukan kekasih hatiku. Tapi jodohku. Masa depanku. Bunyinya seperti ini :

   "Maafin aku. Semalam aku kesal. Kesal karena kamu nggak nerima aku jadi pacar kamu. Tapi, sekarang aku sadar. Sadar dengan alasan kamu nggak nerima aku. Aku cuma mau jagain kamu. Cuma itu. Kalo soal pertanyaan kamu semalam soal apa alasan aku cinta sama kamu. Aku udah nemu jawabannya. Cinta itu nggak butuh alasan. Aku paham, paham dan ngerti kalo aku itu buat kamu. Bukan masalah status pacar ato nggak nya. Aku cinta kamu. Terkadang kita harus seperti anak kecil saat mencintai seseorang. Nggak perlu banyak omong, cari-cari alesan, hanya sesimple aku sayang kamu. Titik. Besok aku jemput kamu ke kampus ya. Aku sayang kamu."

Nasihat

Ini aneh, tapi baiklah. Halo nak, ini ayah. Ayah tak tahu kamu lelaki atau wanita, yang jelas, jikalau nanti kau sudah dewasa, dan mene...