Di masa lalu, begitu banyak kejadian yang menghapuskan warna
cerah dari wajahku. Berpuluh-puluh kenangan yang meracuni banyak memori yang
seharusnya telah terhapus oleh cerita baru dan segar. Tapi, sekarang, disaat
aku menemukan dia, semua seperti terulang. Rasanya seperti tali tambang, yang
mengikatku dengan begitu erat. Sangat memaksa. Kenangan sama sekali tak
mengasihaniku. Aku kaku. Walaupun ini tempat ku, ia laksana raja. Ia menguasai
segalanya. Bahkan perasaanku.
Semua terlihat kembali. Rumah tua, tempat yang dulu
sementara kugunakan untuk tidur dan membasuh peluh, kini merunut dalam otak ku.
Tentang kayu jendela tempat aku bersandar melihatnya di kejauhan. Aku masih mencintainya.
Tapi, aku juga mencintai dia. Hujan di bawah pohon mangga di bulan november.
Dia pergi. Persis seperti masa lalu. Dia menghilang, persis
seperti cerita yang dulu. ya, kata orang, itu semacam “de ja vu”. Tapi entah
lah, aku tidak pernah terlalu yakin. Aku lelah percaya dengan “keyakinan”.
Namanya persis sama. Tapi tidak dengan nama belakang nya. Tapi
orang yang berbeda. Entah sejak kapan, perasaan ku terhadapnya mulai berubah. Dari
sekedar bersama sebagai seorang teman, dia membuatku mengerti, bahwa masa lalu
seharusnya dilupakan. Apa cinta? Entahlah, aku tidak pernah dirancang untuk
mencintai seseorang secepat ini.
Sejak dulu, aku tipe lelaki pendiam dan tak ber-ekspresi. Saat
sekarang, aku hanya bisa menutupi nya dengan “akting” dalam panggung dan menutup
nya dengan tertawa lepas. Semua berwarna abu-abu. Kelam. Sakit.
Saat nya menunggu. Aku bisa berbicara dengan jarum arloji.
Aku tau akan berlansung lama. Ya, sebanding dengan resiko nya. Aku ingin
mengakhiri masa lalu, asalkan bersamanya. Apakah dia juga menyukai. Aku tidak
pernah yakin dengan keputusan ku sendiri. Tapi, aku yakin, aku akan melakukan
hal yang kuinginkan.
Akhirnya aku terbebas. Aku mencintaimu. Tapi tidak
sepenuhnya.