Tuesday, October 15, 2013

Lebaran pertama tanpa ayah dan kepergiannya


Ayahku adalah seorang pelaut. Baru-baru ini ia pergi dan ditugaskan diluar negeri. Ia meninggalkan istri serta 4 anaknya, termasuk aku. Berapa lama? Aku tidak tahu pasti. Mungkin setahun, dua tahun, atau bahkan sampai lima tahun. Lebaran tahun lalu, sewaktu idul fitry, itu adalah lebaran tersuram yang pernah kulalui. Tradisi keluarga seperti makan ketupat, salam-salaman, dan mengakui dosa sambil menangis satu sama lain tak lagi berarti. Semua berbeda saat ayah pergi 2 bulan sebelumnya. Tak ada lagi kepala keluarga yang sangat bijaksana dan berwibawa mempertanggung jawabkan hari istimewa itu. Aku termasuk anak yang lebih dekat kepada ayahku. Banyak waktu kami habiskan bersama. Memancing, bermain bola, video game, dan membaca. Ayah juga lah yang mengenalkanku pada musik. Aku ingat saat ia memutar musik jazz dan terdengar olehku. Aku bertanya waktu itu.
          “Itu apa abi, kenapa ada suaranya? Enak didengar.” Kataku. Pertanyaan polos seorang anak umur 7 tahun itu dijawab olehnya.
          “Ini namanya lagu fi. Lagu itu adalah bagian dari musik. Ini namanya lagu jazz yang bisa bikin kamu pinter.” Katanya.
          Saat itu aku masih belum mengerti. Tetapi, lambat laun, semenjak aku mulai dewasa, disitulah aku kembali mengingat dan mengerti kata-kata ayah. Musik adalah cinta. Cinta yang menghantarkan seseorang menuju tujuan hidupnya. Terima kasih ayah.
          Lebaran kemarin, aku sangat iri teman-teman sebaya, sahabat jejaring sosial yang sangat antusias menyambut lebaran dengan anggota keluarga yang lengkap. Besok adalah lebaran idul adha. Mungkin ini akan menjadi lebaran suram kedua tanpamu abi. Tapi, aku, ah, sudahlah. Ayah kapan pulang. Aku rindu ayah.

No comments:

Post a Comment

Nasihat

Ini aneh, tapi baiklah. Halo nak, ini ayah. Ayah tak tahu kamu lelaki atau wanita, yang jelas, jikalau nanti kau sudah dewasa, dan mene...