Wednesday, August 10, 2016

Cinderella Dan Sepasang Sendal Jepit

Untukmu yang pemilih. Diantara kegelisahanmu, ada yang sedang menghawatirkanmu. Kesepianmu, bukan ladang tangisan dan ratapan, karena kamu sendiri yang memilihnya. Bagiku pendamping hati bukan untuk sebuah kesempurnaan. Diantara perhatianmu, ada titik yang luput. Ada hati lain memata-matai. Anggap saja ini adalah penanda sekaligus pengingat. Ada manusia ‘biasa saja’ yang mengagumimu. Dia sudah sekian lama memperhatikan tingkah lucu pada dirimu itu. Tapi, mata bersinar milikmu tidak menatap kembali, hanya karena kamu mencari seseorang yang diluar ekspektasimu sendiri.

Untukmu yang pemilih. Entah apa yang membuatku mengingat kisah Cinderella. Dongeng tentang wanita cantik yang saling cinta dengan pangeran kerajaan. Semua bermula dari sepatu kaca yang ditinggalkan Cinderella saat pesta pada sebuah tengah malam. Ah, dongeng Cinderella itu tidak cocok untukku. Di akhir kisahnya, mereka bahagia sepanjang hidupnya. Terlalu sempurna. Dan tidak semua orang akan bisa seperti Cinderella. Satu diantara sekian miliyar wanita beruntung.

Untukmu yang pemilih. Kamu itu seperti Cinderella. Tak bersyukur dengan dirimu. Tak usah terlampau repot meminta sepasang sepatu kaca dari peri. Pakai saja sandal jepit usangmu ke pesta kerajaan. Bukan apa-apa, siapa tahu bisa saja pangeran kerajaan itu lebih menyukai sendal jepit ketimbang sepatu kaca. Akan ada banyak pangeran yang mencintaimu apa adanya, tapi sayang, kau melewatkannya. Tepat didepan mata mengagumkanmu itu.

Untukmu yang pemilih. Tidak semua pangeran menyukai wanita bersepatu kaca dan bergaun indah. Temukanlah pangeran yang mencintai wanita apa adanya. Karena ungkapan cinta itu buta amat benar adanya. Mungkin kaos oblong dan sendal jepit jadi salah satu kriterianya. Tapi hanya saja kamu terlalu sibuk memusingkan diri untuk melampaui batas kemampuanmu sendiri.

Untukmu yang pemilih. Saya sendiri bukan pangeran. Saya hanya rakyat biasa berkaos oblong dan bersendal jepit. Dan sayangnya saya ingin bersamamu. Tapi lihatlah dirimu, kamu menghabiskan detikmu mengejar pangeran itu.

Untukmu yang pemilih. Salam dariku, seorang rakyat biasa.

Untukmu yang pemilih. Mulailah berdamai dengan diri sendiri.

Untukmu yang pemilih. Jika memang pangeran adalah kriteriamu, temukan pangeran yang tulus padamu.



No comments:

Post a Comment

Nasihat

Ini aneh, tapi baiklah. Halo nak, ini ayah. Ayah tak tahu kamu lelaki atau wanita, yang jelas, jikalau nanti kau sudah dewasa, dan mene...