Thursday, December 22, 2016

Kenapa Pilih Jadi Komika?

“Kenapa pilih jadi Komika? Ikut trend ya?”

Banyak teman lama saya yang kaget, kenapa sekarang saya pilih jadi stand up komedian. Untuk teman-teman saya (yang sudah kenal saya dari dulu), awal mula saya memang bukan disini, saya dulu anak band (tapi tidak laku) hehe. Tapi bukan karena band saya tidak laku, sehingga saya memilih jadi komika. Tidak.

Dari kecil saya selalu tertarik dengan hal yang berbau kesenian. Dari menggambar, menulis, seni peran, musik dan apapun yang ada hubungannya dengan soul of art. Sampai-sampai kadang saya bingung tujuan akhir saya dalam hidup ini sebenarnya apa sih.

Saya memilih jadi komika, karena saya orang yang egois.

Untuk kamu yang main band, pasti tahu kalau diband itu banyak perseteruan. Kalian juga pasti sering liat band di Tv yang personilnya gonta-ganti, bahkan banyak yang bubar duluan padahal band nya masih seumur jagung. Kenapa mereka bubar? garis besarnya adalah, TABRAKAN EGO. Memang ada band yang bisa bertahan lama tanpa ganti personel, tapi sangat sedikit.

Kenapa saya dulu memilih band, karena saya tertarik dengan konsep yang akan saya bawakan. Yaitu menyampaikan kegelisahan saya dalam sebuah lagu. Kenapa sekarang saya jadi komika... karena saya menemukan konsep yang sama didalamnya. Apa kelebihan stand up comedy dari band menurutku? di stand up, saya merasa ego saya membludak. Ego saya bisa tumbuh liar tanpa tertahan ego orang lain. Karena di stand up comedy, saya cuma sendirian di panggung dan menyampaikan kegelisahan saya (yang saya tulis sendiri) dengan jujur apa adanya.

Di stand up comedy, saya tidak mengharapkan uang dan ketenaran. Karena bagi saya, stand up adalah tempat meditasi yang saya cintai sekarang. Di panggung stand up, saya bisa jadi diri saya sendiri. Dan akhirnya saya memilih masuk ke komunitas stand up comedy di makassar yang jadi tempat yang baik untuk latihan. Pada akhirnya saya merasa nyaman dan manggung dari panggung kecil hingga bisa bikin mini show dan mini tour.

“Tapi kok kesannya ikut-ikutan?”

Ya memang ikut-ikutan. Bagi saya, semua orang pasti ikut-ikutan. Kalian pasti mau jadi dokter karena pernah kerumah sakit, dan lihat dokter. Kalian pasti mau jadi polisi, karena mungkin pernah liat polisi di tv atau di kehidupanmu. Kalian mau jadi pengusaha, karena mungkin... kalian miskin. hahahahaha.

Jadi, bagi saya ikut-ikutan itu wajar, asalkan yang kalian ikuti, itu keinginan dan diri kalian sendiri.
Jadi jangan kaget, kalau misalnya nanti saya jadi penyanyi dangdut.
Tapi, itu tidak mungkin kok hehe.

Dalam waktu dekat mau bikin band lagi kok :)


Friday, December 9, 2016

Aku Ingin Mati Dibawah Aurora

Sebelum membacanya, aku hanya ingin memberitahumu. jangan berprasangka padaku. Aku memang orang yang aneh. ‘Orang yang berbeda’ atau ‘orang yang unik’ mungkin kalimat yang terlalu halus, panggil saja aku ‘orang aneh’, aku lebih senang mendengarnya. Sedari dulu aku sering dijauhi oleh orang yang tidak suka padaku. Akhirnya aku menjadi seorang penyendiri.

Dari semenjak kanak-kanak, aku punya impian. Aku ingin mengakhiri hidup dikutub utara atau kutub selatan. Bukan karena aku benci tempat tinggal. Di negeri sejuk ini begitu banyak keajaiban. Tapi aku ingin kesana. Sangat ingin. Untuk melihat aurora. 

Aurora adalah pendaran cahaya yang tercipta di udara karena atom dan molekul yang bertumbukan, terutama elektron dan proton dari angin matahari. Partikel-partikel itu terlempar lebih dari 500 mil/detik dan terhisap medan magnet bumi di sekitar kutub utara dan kutub selatan. Lalu..... jadilah aurora di langit.

Pertama kali aku berjumpa dengannya adalah di buku ensiklopedia. Di komputerku dipenuhi gambar aurora. Aku bisa menatapnya hingga berjam-jam, hanya melongo dan senyum-senyum sendiri. Penuh warna-warni. sangat indah. aku ingin sekali melihatnya secara lansung. Tanpa layar yang membatasi. Dan mungkin, sisa umurku akan kuhabiskan disana saja. Entahlah, sejak kecil aku sudah memikirkan ini dengan matang. Dan hingga sekarang, aku tidak pernah melupakannya sedikitpun. Disaat teman sebangkuku terobsesi pelangi yang diajarkan oleh guruku, aku lebih memilih aurora.

Bagiku, aurora mengajarkanku banyak hal. Aurora adalah simbol keseimbangan. Aurora mengajarkanku merendah, bahwa diantara keindahannya, ia memilih di ujung dunia saja. Aurora titik hubung antara bintang-bintang lain. Kita tidak pernah tahu gerbang apa yang ada disana. Aku mencintai ruang hampa tanpa batas miliknya.

Aurora pacar pertamaku. tanpa mengenal konsep pasangan manusia, aku sudah memilih berpasangan dengan sebuah pendaran sinar. cahaya. kecantikan yang valid dan tak bisa diukur.

Secepatnya kita akan bertemu, aurora borealis. suatu hari nanti.

Nasihat

Ini aneh, tapi baiklah. Halo nak, ini ayah. Ayah tak tahu kamu lelaki atau wanita, yang jelas, jikalau nanti kau sudah dewasa, dan mene...