Aku berdiri di atas tempat kau dulu berdiri. Dulu, kau berdiri
ditempat aku berdiri. Sekarang, aku hanya bisa menatap senja, sembari menjaga
dua tempat kita dulu berdiri. Ini permainan yang memuakkan. Andai, kita
diizinkan untuk memutar lebih banyak jarum arloji lagi, mungkin aku masih bisa
merangkul. Merasakan hangat dan detak jantung istimewa itu. aku rindu. Kemungkinan
kau kembali tak akan pernah ada lagi. Logika siapapun menyadari itu. tapi, sore
ini, aku masih melihat wajahmu. Hidupku dihiasi ceritamu. Tolong. Hentikan. Aku
ingin menjalani hidupku dengan biasa. Seperti mereka.
Aku ada di antara batas dinding pertemuan. Secepat kau
datang, secepat kau pergi. Bagiku, cinta yang abadi itu terlalu cepat. Hidup memang
tidak pernah adil untuk beberapa manusia yang mengharapkan cinta nya. Terkadang,
banyak yang pergi saat kau menikmati yang kau punya. Tuhan membagi kebahagiaan.
Untuk beberapa pribadi, tuhan tak akan pernah membiarkan kita menikmati
kebahagiaan yang terlalu banyak. Tidak adil kan?
Aku adalah saksi yang melihatmu melintasi batas itu. dinding
yang terlalu tinggi untuk aku lewati. Mungkin, kaki ku terlalu letih untuk
menemui mu disana. Aku hanya sibuk meng-egoiskan diri. Memaksa apa yang akan
kupaksa. Aku menyesali semuanya. Rinduku memuncak terlalu kurang ajar.
Petikan itu masih terdengar jelas. Mendengung cepat,
menceritakan semuanya. Berputar balik ke arah berbeda. Aku menunggu dengan
sabar. Menunggu ia pergi. Tapi ia tidak beranjak. Aku sangat membencinya. Oh rindu,
betapa munafik nya dirimu. Ada banyak orang yang patut kau jumpai, tapi kau
masih merasa betah disini, di pangkuanku, seakan aku tuanmu. Satu doaku,
pergilah. Carilah orang yang lebih pantas menikmati kesakitan.
Cerita-ceritaku sudah tertulis jelas dalam banyak lembaran
kertas. Tersusun dalam helai-helai nya. Aku ingin sekali membuang atau membagi.
Aku ingin menerbangkannya jauh. Tapi aku tak punya tempat untuk membuangnya. Aku
juga tak punya teman untuk membaginya. Aku juga tak punya pesawat yang bisa
menjauh dan tak kembali.
Rindu itu tak sekolah. Maka dari itu, rindu selalu datang
dan pergi tanpa permisi. Rindu memang selalu memuakkan. Tak tahu adat.
No comments:
Post a Comment