Sunday, October 5, 2014

Batas Dinding Pertemuan

Aku berdiri di atas tempat kau dulu berdiri. Dulu, kau berdiri ditempat aku berdiri. Sekarang, aku hanya bisa menatap senja, sembari menjaga dua tempat kita dulu berdiri. Ini permainan yang memuakkan. Andai, kita diizinkan untuk memutar lebih banyak jarum arloji lagi, mungkin aku masih bisa merangkul. Merasakan hangat dan detak jantung istimewa itu. aku rindu. Kemungkinan kau kembali tak akan pernah ada lagi. Logika siapapun menyadari itu. tapi, sore ini, aku masih melihat wajahmu. Hidupku dihiasi ceritamu. Tolong. Hentikan. Aku ingin menjalani hidupku dengan biasa. Seperti mereka.

Aku ada di antara batas dinding pertemuan. Secepat kau datang, secepat kau pergi. Bagiku, cinta yang abadi itu terlalu cepat. Hidup memang tidak pernah adil untuk beberapa manusia yang mengharapkan cinta nya. Terkadang, banyak yang pergi saat kau menikmati yang kau punya. Tuhan membagi kebahagiaan. Untuk beberapa pribadi, tuhan tak akan pernah membiarkan kita menikmati kebahagiaan yang terlalu banyak. Tidak adil kan?

Aku adalah saksi yang melihatmu melintasi batas itu. dinding yang terlalu tinggi untuk aku lewati. Mungkin, kaki ku terlalu letih untuk menemui mu disana. Aku hanya sibuk meng-egoiskan diri. Memaksa apa yang akan kupaksa. Aku menyesali semuanya. Rinduku memuncak terlalu kurang ajar.

Petikan itu masih terdengar jelas. Mendengung cepat, menceritakan semuanya. Berputar balik ke arah berbeda. Aku menunggu dengan sabar. Menunggu ia pergi. Tapi ia tidak beranjak. Aku sangat membencinya. Oh rindu, betapa munafik nya dirimu. Ada banyak orang yang patut kau jumpai, tapi kau masih merasa betah disini, di pangkuanku, seakan aku tuanmu. Satu doaku, pergilah. Carilah orang yang lebih pantas menikmati kesakitan.

Cerita-ceritaku sudah tertulis jelas dalam banyak lembaran kertas. Tersusun dalam helai-helai nya. Aku ingin sekali membuang atau membagi. Aku ingin menerbangkannya jauh. Tapi aku tak punya tempat untuk membuangnya. Aku juga tak punya teman untuk membaginya. Aku juga tak punya pesawat yang bisa menjauh dan tak kembali.


Rindu itu tak sekolah. Maka dari itu, rindu selalu datang dan pergi tanpa permisi. Rindu memang selalu memuakkan. Tak tahu adat.

No comments:

Post a Comment

Nasihat

Ini aneh, tapi baiklah. Halo nak, ini ayah. Ayah tak tahu kamu lelaki atau wanita, yang jelas, jikalau nanti kau sudah dewasa, dan mene...