Kata mereka, bagimu, cinta itu pesimisme yang mendalam?
Kenapa kau terlalu memaksa hati. Tapi tidak. Bukan. Yang kau baca adalah
optimisme yang berlebihan. Kepercayaan rasa yang terlalu dalam, dan akhirnya
membuat orang tolol sepertiku jatuh dalam banyak lembah. Lembah itu terlalu
suram. Mungkin hanya orang bodoh yang mengulang kesalahan kesekian-kali dapat
mengecapnya. Aku termakan lubangnya.
Kata mereka, kenapa kau tidak beranjak ke dahan lain.
Memilah kembali pilihan dan menata hari lebih rapi. Tidak. Dia adalah sosok
yang abadi. Dirinya mengingatkanku tentang kepercayaan terhadap takdir. Belajar
dari masa lalu yang memuakkan. Dia itu seperti angin sederhana yang berhembus
disekujur tubuh. Terlalu cepat untuk berlalu. Tapi tak sama dengan angin lain.
Dia tak terelakkan. Dia abadi. Kokoh seperti batu karang sendirian.
Kata mereka, apa kau tak lelah dihantam hukum karma
berkali-kali? Apakah sakitnya berujung lebih tajam? Tidak. Aku tak percaya
hukum karma. Yang kutakuti adalah kebetulan. Kesakitan saat ini, bukanlah
balasan kesalahan saat dulu. semuanya hanya kebetulan. Takdir yang
merancangnya. Mengkotak-kotakkannya dalam berbagai warna. Yang ada hanya
kebetulan dalam takdir yang disalah artikan
karma. Tapi sekarang, warna itu pudar, redup, tak berbekas. Tanpa kesejukan.
Kata mereka, sajakmu punya rasa. Dia seperti mengaliri
banyak sendi dalam hidup. Mengenai banyak sasaran dengan akurat. Tapi tidak.
Hidupku kosong. Tak ada yang bisa kulakukan selain menceritakan kekosongan yang
kualami. Pandangan seperti mati rasa. Langkah seperti dahan pohon rapuh
dipinggir sungai. Menunggu kematian. Menanti tenggelam.
Kata mereka, apa yang kau harapakan dalam hidup? apakah
masih ada yang bisa membuatmu bertahan menapaki tanah? Jika itu yang kau
tanyakan. Ya, aku punya harapan. Yang kuharapkan adalah sebuah pintu dimensi
waktu. Aku ingin melaluinya dan menempuh perjalanan ketempat dia berada. Tapi
tak ada gunanya. Aku seperti terpenjara. Setiap detik memegang dinginnya
rangkaian besi menyebalkan dihadapanku.
Kata mereka, apa kau lelah ditanyai oleh kami? Apa kau
menyesal? Mungkin ya, mungkin tidak. Kata orang, penyesalan itu ada dibelakang.
Ada yang bilang penyesalan itu didepan. Tapi bagiku, penyesalan itu ditengah.
Di kotak waktu yang tak sama. Kembali dan fikirkan sekali lagi.
No comments:
Post a Comment